Gambar, Contoh dan Cara Membaca Jangka Sorong dengan Mudah


Gambar, Contoh dan Cara Membaca Jangka Sorong dengan Mudah – Kalau mendengar kata “jangka sorong”, seketika teringat awal belajar fisika di SMP, maklum jangka sorong ini sangat erat hubungannnya dengan satuan ukur yang mana adalah BAB 1 fisika kelas VII SMP, namun kali ini kita tidak akan bernostalgia mengenai masa-masa SMP ya, kita akan membahas mengenai jangka sorong, yaitu salah satu alat ukur yang umumnya digunakan untuk mengukur suatu diameter benda, meskipun sebenarnya alat ini juga bisa digunakan untuk mengukur jarak dan kedalaman. Jangka sorong memiliki akurasi pengukuran yang sangat baik yaitu sampai 0,05mm.
bagian - bagian jangka sorong
Gambar bagian – bagian jangka sorong

Ketika pertama kali melihat jangka sorong, di pikiran saya ini seperti perpaduan penggaris dan kunci inggris. Kita bisa lihat dibagian kiri bawah “Rahang Luar”, ini berfungsi untuk mengukur ketebalan, lebar benda, dll. Lalu, di bagian atas “Rahang Dalam” digunakan untuk mengukur diameter dalam seperti pada cincin atau tabung. Kemudian, baut pengunci rahang berfungsi memudahkan kita melakukan pengukuran. Dan, yang seperti ekor disebelah kanan “Tangkai Ukur Kedalaman” digunakan untuk mengukur kedalaman seperti jejak kaki dll.

Read More

Cara Memegang Jangka Sorong

cara memegang jangka sorong


Gambar di atas adalah cara yang benar untuk memegang jangka sorong, kalian bisa menggunakan ibu jari kalian untuk menggeser rahangnya. Gunakan baut pengunci rahang apabila ingin melakukan pengukuran, meskipun tidak terlihat namun hasil pengukuran antara rahang atas dan rahang bawah pada gambar di atas benar-benar sama persis.

Cara Membaca Pengukuran Jangka Sorong

Untuk membaca pengukuran dari jangka sorong yang benar, anda perlu mengingat dua hal sebelum memulainya, Misalnnya sebuah jangka sorong menunjukkan hasil pengukuran 1,37 cm , ini berarti bahwa Skala Utama menyumbang angka utama dan satu angka desimal ( 1,3 cm, di mana 1 adalah angka utama dan 0,3 adalah satu angka desimal), sedangkan skala nonius menyumbang pada desimal kedua dan seterusnya (misalnya 0,07 pada 1,37)

Mari kita baca hasil pengukuran jangka sorong pada gambar di atas. Kita akan membagi dalam dua tahapan dalam membaca pengukuran jangka sorong:

  • Untuk membaca Skala Utama : Perhatikan gambar di atas, Angka 0 pada skala nonius berada setelah garis pertama dari angka dua. Sehingga Skala Utama pada gambar di atas adalah 2,1 cm.
  • Untuk membaca Skala Nonius : Perhatiikan gambar di atas dengan seksama. Carilah skala nonius yang membentuk garis lurus dengan skala utama, pada contoh gambar di atas garis ketiga pada skala nonius membentuk garis lurus. Sehingga Skala Nonius pada gambar di atas adalah 0,03 cm.

Untuk mendapatkan hasil akhir dari pengukuran jangka sorong, kita tambahkan hasil dari skala utama dan skala nonius, Sehingga 2,1 cm + 0,03 cm= 2,13 cm.

Mari kita coba dengan contoh selanjutnya untuk memastikan kalian memahami cara membaca jangka sorong

Skala Utama : 10,0 cm (angka 0 pada skala nonius berada tepat setelah angka 10 skala utama)
Skala Nonius : 0.02 cm (garis kedua pada skala nonius membentuk garis lurus dengan skala utama)
Hasil Pengukuran : 10,02 cm

Skala Utama : 0,2 cm
Skala Nonius : 0,04 cm
Hasil Pengukuran : 0,24 cm

Skala Utama : 7,0 cm
Skala Nonius : 0,05 cm
Hasil Pengukuran : 7,05 cm

Skala Utama : 1,0 cm
Skala Nonius : 0,06 cm
Hasil Pengukuran : 1,06 cm

Baca Juga : Aturan Angka Penting dan Notasi Ilmiah
Baca Juga : Cara Membaca Mikrometer Sekrup

Cara Membaca Jangka Sorong dengan Koreksi Kesalahan Nol

Koreksi kesalahan nol atau sering disebut zero error hanya berlaku apabila dalam keadaan rahang jangka sorong tertutup namun posisi awal angka 0 skala nonius jangka sorong tidak berada tepat pada angka 0 skala utama (tidak membentuk garis lurus), sehingga untuk setiap pengukuran oleh jangka sorong tersebut harus dikurangi atau ditambah tergantung dari posisi angka 0 skala nonius di awal. Untuk membaca kesalahan nol pada jangka sorong sama seperti membaca jangka sorong pada umunya yaitu dengan memperhatikan skala nonius yang membentuk garis lurus dengan skala utama.

2 Jenis Koreksi Kesalahan Nol:

  • Kesalahan Nol Positif
  • Kesalahan Nol Negatif



Kesalahan Nol Positif terjadi apabila angka 0 skala nonius berada di sebelah kanan angka 0 skala utama. Hasil dari koreksi kesalahan nol positif harus dikurangkan pada hasil pembacaan jangka sorong tersebut.

Kesalahan Nol Negatif terjadi apabila angka o skala nonius berada di sebelah kiri angka 0 skala utama. Hasil dari koreksi kesalahan nol negatif harus ditambahkan pada hasil pembacaan jangka sorong tersebut.

Mari kita mencoba membaca jangka sorong dengan koreksi kesalahan nol



Gambar pada bagian atas adalah hasil pengukuran dari jangka sorong sedangkan gambar bagian bawah adalah posisi awal dari jangka sorong saat rahang tertutup.

Skala Utama : 3,3 cm
Skala Nonius : 0,06 cm
Hasil Pengukuran : 3,36 cm

Namun hasil pengukuran di atas tidaklah benar-benar tepat karena terdapat kesalahan nol. Perhatikan gambar pada bagian bawah, jangka sorong tersebut memiliki kesalahan nol negatif karena posisi angka 0 berada di kiri angka 0 skala utama.

Koreksi Kesalahan Nol Negatif : 0,06cm (garis ke-6 pada skala nonius membentuk garis lurus dengan skala utama pada gambar bagian bawah)

Karena jangka sorong tersebut memiliki kesalahan nol negatif maka koreksi kesalahan nolnya harus ditambahkan di hasil pengukuran. Sehingga 3,36 cm + 0,06 cm = 3,72 cm

Sekarang kita coba dengan contoh yang lain



Gambar yang bagian atas adalah posisi saat rahang jangka sorong tertutup dan yang bagian bawah adalah hasil pengukuran dari jangka sorong tersebut terhadap suatu benda. Mari kita coba membacanya

Skala Utama : 1,0 cm
Skala Nonius : 0,06 cm
Hasil Pengukuran : 1,06 cm

Karena posisi angko 0 skala nonius berada di sebelah kanan angka 0 maka jangka sorong tersebut memiliki koreksi kesalahan nol positif, sehingga hasil koreksi positifnya harus dikurangkan pada hasil pengukuran jangka sorong tersebut.

Koreksi kesalahan nol positif : 0,03 cm
Hasil Pengukuran setelah koreksi : 1,06 cm – 0,03 cm = 1,03 cm

 

Saya harap penjelasan saya tidak membuat kalian bingung, silahkan tinggalkan komentar apabila ingin menggapi ataupun bertanya 🙂

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *